Secara umum, Inbreeding diartikan
perkimpoian sedarah (incest kalo pada manusia). kebalikannya adalah
crossbreeding atau perkimpoian dua hewan yang tidak bertalian
darah. Secara terminologi genetika,
"inbreeding is the breeding of two animals who are related to each
other." Kalo merujuk term ini, maka semua hamster peliharaan yang ada di
dunia saat ini adalah keturunan dari hamster pertama yang ditangkap dari alam
dan dibawa ke lab untuk dikembangkan.
Ingat, bukankah kebanyakan peternak
hamster juga memulai beternak dgn beberapa pasang hammie, yg sebetulnya juga
masih satu keturunan? Artinya, kalo secara terminologi genetika, semua orang
sebetulnya sudah melakukan inbreed. Suka atau tidak suka.
Oleh sebab itu, belakangan muncul
terminologi linebreeding untuk memperlunak terminologi inbreeding. Linebreed
ini merupakan bentuk lain dari inbreeding. Yaitu untuk menggambarkan
perkimpoian sedarah yg bukan antara dua saudara. Ini umumnya dilakukan oleh breeder
(umumnya pada anjing, kucing, unggas, ikan, dll) yang menginginkan pure breed,
atau dilakukan untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas.
Perkimpoian antara ortu dengan anak,
kakek dengan cucu, paman dengan ponakan, dua saudara tiri, dua sepupu satu
kali, misalnya, umumnya disebut line breeding. Meskipun, ada juga yg
menyebutnya inbreeding (bagi mereka ini, perkimpoian antara dua saudara kandung
disebut close inbreeding).
Nah, kalo sudah cukup jelas, baru kita
bertanya apa boleh inbreeding (atau close inbreeding) dan linebreeding? Apa
dampak baik dan buruknya?
Menurut gue, tergantung untuk tujuan apa
kita melakukannya. Linda Price, pakar dan praktisi hamster dari AS, dikenal
secara terus menerus melakukan inbreeding. Perlu dicatat, Linda melakukannya
dalam konteks dan tujuan penelitian. Sebagai alat untuk percobaan genetika,
sekaligus untuk mencetak hamster berkelas (show quality).
Ia paham bahwa inbreed punya sisi baik
dan sisi buruk. Sisi baiknya, jelas untuk mencetak varian baru. Kalo tidak ada inbreed
pada awal-awal perkembangan hamster, mana mungkin ada hamster 4 gen
warna? Inbreeding maupun linebreeding, jika
dilakukan dengan benar dan bertanggung jawab oleh breeder berpengalaman dan
punya stok 'bahan baku', maka bisa menjadi alat atau cara yg bermanfaat.
Begitu juga sebaliknya, kalo dilakukan
tanpa pemahaman, serampangan, dan tanpa ketersediaan stok hammie yg mencukupi,
maka bisa berbahaya dan menghasilkan hamster berkualitas rendah.
Salah satu problem inbreed dan linebreed
yg umum dikenal adalah diabetes, terutama pada spesies campbell. Para pakar
meyakini diabetes ini turun bukan saja dari inbreed, tapi juga bisa melalui
linebreed, bahkan crossbreed.
Masalahnya, hammie mengidap diabetes
umumnya baru bisa diketahui pada umur 8 bulan ke atas. Apa Anda cukup sabar
menunggu 8 bulan dulu untuk memastikan anakan hammie Anda tidak membawa
diabetes sebelum di-inbreed atau di-linebreed, kalo Anda cuma punya sepasang
indukan?
Bahkan jika salah satu indukan mengidap
diabetes, lalu disilang (crossbreed) dengan indukan lain, tetap akan menurunkan
kecenderungan penyakit itu. Minimal, diabetes muncul ketika dua anakan indukan
yg mengidap diabetes tadi dikimpoikan lagi. Tentu bukan cuma diabetes, karena
bnyk penyakit lain, maupun masalah genetika lain yg bisa menurun dgn cara
itu. Kecuali, itu tadi, Anda harus bisa
mengenali tanda-tanda munculnya kelainan genetika atau penyakit yg dibawa calon
indukan sebelum melakukan inbreed atau line breed. Ini butuh pengalaman dan
kesabaran, dan juga tanggung jawab dan dedikasi terhadap masa depan hamster
Indonesia.
Dari sini kemudian muncul istilah
selective breeding, yg bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas, tak
peduli secara inbreed atau tidak. Selective breeding dilakukan secara
hati-hati, terdata dengan baik background masing-masing indukan, dst.
Tapi di sini pula letak persoalan bagi
kebanyakan breeder di Indonesia, terutama para breeder massal. Membedakan
varian aja belum tentu bisa, apalagi memahami soal-soal genetika. Anda yakin
sepasang hamster pertama Anda tidak berasal dari peternakan massal seperti
itu?
Pemain hamster pemula yang mencoba jadi
breeder kecil-kecilan lebih berbahaya lagi. Karena pertimbangan keterbatasan
dana untuk membeli hamster baru (demi menghindari inbreed), maka dapat sepasang
anakan dari indukannya, langsung aja dikimpoiin. Begitu seterusnya, tanpa
peduli atau mengidentifikasi tanda-tanda kelainan genetika dan
penyakit.
Sebetulnya, ada pandangan dari praktisi
luar bahwa inbreed (apalagi linebreed) sebetulnya aman aja (sumber petwebsite).
Semua ketakutan soal inbreed dianggap hanya mitos dan stigma. Bagi mereka, yg
benar adalah: tidak semua inbreed akan merusak gen. Lain kalo indukannya
membawa kelainan genetika atau penyakit. Kalo kek gini, gak inbreed aja bisa
menurun.
Bagi mereka, cacat genetika terjadi bukan
karena inbreed, tp karena percampuran:
- Syria berwarna dark grey dan turunan derivasi warnanya ((Lilac, Smoke Pearl, Lilac Pearl, Black Eyed Ivory, Red Eyed Ivory, Blue Mink) akan mudah membawa cacat pada tulang belakang.
- Syiria dengan perut putih (tidak termasuk perut putih pada corak Dominant Spot atau Banded) yang membawa Anophthalmic White gene akan menghasilkan anakan putih polos eyeless atau tanpa mata.
- Campbell bercorak/berpola dengan mata merah atau ruby yang dicampur dengan Campbell bercorak/berpola dengan mata merah atau ruby juga.
Ada pandangan lain yg menguatkan hal ini
(lihat Hamster Hideout Forum). Semua rodent (termasuk hamster) dan hewan lain
yang diinbreed, tidak akan mengeluarkan hormon Oxytocin yang akan mengenali
kalo calon pasangannya adalah sedarah. Lain kalo incest pada manusia, biasanya
muncul hormon itu yg memberi "sinyal" bahwa perkimpoian ini tidak
pada tempatnya. Di alam, kebanyakan hewan betina yang
akan berkembang biak, akan memilih calon pasangan yg kuat dan paling kapabel.
Di alam, paling kapabel, berati yg paling available. Dalam kelompok singa,
misalnya, yah kimpoi sama sang pemimpin yg notabene ayahnya sendiri. INi
inbreed, tapi tidak membuat cacat dan melemahkan gen, kecuali sang ayah sudah
membawa kelainan genetika atau penyakit (ini lain cerita).
Ada pandangan lagi ttg Inbreeding and
linebreeding dari Sue Ann bowling, seorang pakar genetika dari HArvard dan
memperoleh Phd bidang Geophysics dari University of Alaska Fairbanks. Secara genetika, inbreeding/line breeding
memungkinkan pertemuan dua kopi gen yang identik, yg didapat dari ortu. Dua
kopi gen ini, sekali lagi, bisa baik bisa buruk. Kalo kopi gen yag baik ketemu
gen baik, gak ada masalah. Kalo gen buruk ketemu buruk, baru bermasalah.
Lantas bagaimana cara ngukurnya???
Seorang pakar genetika bernama Sewall Wright pada tahun 50-an sudah membuat
metode untuk mengukur efek dari inbreed, tapi berlaku khusus untuk close
inbreed, atau perkimpoian dua saudara kandung, dan dilakukan sampai 10
generasi, atau baru terukur pada F8 hingga F10 (Filial Generation 8-10) Metode
ini dia namakan inbreeding coefficient atau coefficient of
relationship.
Jika dua saudara kandung dikimpoikan,
maka baru pada generasi 8-10, akan muncul masalah, yaitu breeding success-nya
menjadi sangat rendah, bahkan sampai mandul. Pada generasi-generasi awal,
justru terjadi perbaikan gen dan kualitas (dengan catatan, sejauh dilakukan
selective breeding, bukan asal campur, tp dipilih yg memang sehat dan gak bawa
kelainan dan penyakit).
Kembali ke pertanyaan bolehkah inbreed
atau linebreed? Jawabnya boleh dan tidak.
Inbreed boleh asal dilakukan
selective breeding. Bagi yang paham dan punya livestock mencukupi, Line breed
justru menjadi cara jitu untuk memproduksi hamster berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar